Hanya setahun, Penjualan senjata AS ke Negara Arab capai Rp.440 Triliun
Penjualan senjata Amerika Serikat ke negara-negara Teluk mencapai US$33 miliar atau Rp440 triliun sejak Mei 2015 lalu.
Majalah Fortune melaporkan Senin (28/3/2016), dalam jangka waktu hampir setahun, Departemen Pertahanan AS berhasil mengekspor sejumlah peralatan militer. Mulai dari helikopter, hingga sistem pertahanan sampai amunisi dan nuklir super akurat kepada Dewan Kerjasama Negara Teluk, GCC.
Di antaranya Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. ''Kami konsisten dengan komitmen yang disepakati Mei lalu. Bahwa kami akan berupaya keras meningkatkan angka penjualan,'' tutur David McKeeby, jurubicara Pentagon kepada Defense News.
Dikutip WorldBulletin, Kampanye anti-ISIS di Irak dan Suriah, juga upaya anti-gerilyawan Houthi di Yaman, mendorong penjualan misil super akurat berlipat ganda. Pada 2015 lalu, AS mengirim 4.500 rudal super-akurat ke negara-negara GCC.
''Sampai-sampai kami kirim juga 1.500 rudal dari persediaan cadangan AS,'' tutur David McKeeby.
Sejumlah perusahaan senjata AS yang ketiban rezeki di antaranya Lockheed Martin, Roman Schweiser, Raytheon, Boeing dan General Dynamic. Lockheed Martin misalnya telah menerima pesanan misil Hellsfire dari 500 misil menjadi 650 buah per bulan.
Perusahaan raksasa itu juga berhasil menjual empat kali lipat bom dengan ketepatan laser Paveway II kepada Angkatan Udara Kerajaan Saudi. Departemen Pertahanan mengakui November tahun lalu, AS telah menjual 1.000 bom Paveway II.
Apalagi kampanye anti-ISIS di Suriah dan Irak, juga konflik di Yaman, menyebabkan penjualan senjata AS makin meningkat. ''Permintaan senjata tak bakalan menurun dalam waktu dekat ini.
Sebaliknya tambah banyak,'' kata Roman Schweiser, analis pertahanan Guggenheim Partners.
Dan, ''Permintaan senjata itu akan diikuti pula oleh Eropa dan Asia dalam beberapa tahun ke depan, seiring dengan kekhawatiran atas kehadiran ISIS,'' sambung Roman Schweiser.
Majalah Fortune melaporkan Senin (28/3/2016), dalam jangka waktu hampir setahun, Departemen Pertahanan AS berhasil mengekspor sejumlah peralatan militer. Mulai dari helikopter, hingga sistem pertahanan sampai amunisi dan nuklir super akurat kepada Dewan Kerjasama Negara Teluk, GCC.
Di antaranya Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. ''Kami konsisten dengan komitmen yang disepakati Mei lalu. Bahwa kami akan berupaya keras meningkatkan angka penjualan,'' tutur David McKeeby, jurubicara Pentagon kepada Defense News.
Dikutip WorldBulletin, Kampanye anti-ISIS di Irak dan Suriah, juga upaya anti-gerilyawan Houthi di Yaman, mendorong penjualan misil super akurat berlipat ganda. Pada 2015 lalu, AS mengirim 4.500 rudal super-akurat ke negara-negara GCC.
''Sampai-sampai kami kirim juga 1.500 rudal dari persediaan cadangan AS,'' tutur David McKeeby.
Sejumlah perusahaan senjata AS yang ketiban rezeki di antaranya Lockheed Martin, Roman Schweiser, Raytheon, Boeing dan General Dynamic. Lockheed Martin misalnya telah menerima pesanan misil Hellsfire dari 500 misil menjadi 650 buah per bulan.
Perusahaan raksasa itu juga berhasil menjual empat kali lipat bom dengan ketepatan laser Paveway II kepada Angkatan Udara Kerajaan Saudi. Departemen Pertahanan mengakui November tahun lalu, AS telah menjual 1.000 bom Paveway II.
Apalagi kampanye anti-ISIS di Suriah dan Irak, juga konflik di Yaman, menyebabkan penjualan senjata AS makin meningkat. ''Permintaan senjata tak bakalan menurun dalam waktu dekat ini.
Sebaliknya tambah banyak,'' kata Roman Schweiser, analis pertahanan Guggenheim Partners.
Dan, ''Permintaan senjata itu akan diikuti pula oleh Eropa dan Asia dalam beberapa tahun ke depan, seiring dengan kekhawatiran atas kehadiran ISIS,'' sambung Roman Schweiser.