Badan Bertato Warga Australia di Masjidil Haram. Ismail: Ini Adalah Masa Laluku saat 17 Tahun, Semoga Allah Mengampuniku


MAKKAH - Dari kejauhan, langkah delapan pria berihram itu melambat karena beriringan dengan ribuan jamaah yang ingin memasuki Masjidil Haram via King Abdul Aziz Gate. Di tengah kaki anak tangga mereka menghentikan langkah kaki dan memandang Kakbah, pada 2 September.

Tak ragu, Okezone pun mendekati pria-pria berperawakan tegap dan berpenampilan mirip satu sama lain itu. “Assalamualaikum, ya hajj. I’m Saiful from Indonesia.”

Our brother from Java. Nice to meet you, Saiful,” ujar salah satu pria dalam rombongan haji yang ternyata berasal dari Australia tersebut.

Dari balik kain ihram tersebut, tampak tubuh gempal mereka dihiasi tato bermotif sayap, tulisan, dan tribal, mulai dari badan hingga betis. Penampilan mereka terbilang unik karena berkepala plontos dengan panjang jenggot sekira 15-20 sentimeter. Namun, wajah mereka berseri-seri dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya. Sangat ramah dan supel di hadapan orang yang baru mereka kenal.

Salah satu dari mereka mengaku bernama Ismail. Melihat wajahnya, ia baru berusia sekira 30 tahun. Ketika saya bertanya beberapa hal, ia tampak paling antusias bercerita.

“Why did you tattoing?”

Ismail menjawab, “It’s my past time when I’m seventeen. May Allah forgive me.”

Kelima Muslim asal Negeri Kanguru ini mengaku dulunya Nasrani. Selepas kuliah, mereka mengenal agama Islam dan tergabung dalam sebuah organisasi resmi yang menaungi umat Islam di Australia.

Islam, menurut Ismail, bukan hanya menjadi identitas baru mereka. Namun, ia khususnya menerapkan hukum dan adab Islam dalam kehidupan sehari-hari. “Now, we’re not drink anymore since become a Moslem,” ucap Ismail tegas.

Meski hanya berbincang beberapa menit saja. Kesan mendalam tentang iman dan ketakwaan seorang Muslim membekas di sanubari. Kedelapan saudara Muslim yang dulunya menganut gaya hidup bebas ala Barat mampu menjalani hidayah Allah SWT.

Dari data International Centre for Muslim and non-Muslim Understanding (MnM) pada University of South Australia, Islam merupakan agama paling cepat pertumbuhannya dalam lima tahun di Australia, dengan peningkatan 39,9 persen dari 2006 ke 2011.

Jumlah muslim Australia masih berkisar 500.000 jiwa alias hanya 2,2 persen dari total populasi Negeri Kanguru. Terdapat tiga area yang menjadi pusat pertumbuhan umat Islam di Australia, yakni Broadmeadeows, Kota Melbourne (31,3 persen), lalu Bankstown (26,7 persen), dan Auburn (25,6 persen) di New South Wales. Menurut perkiraan, jumlah penduduk Islam di Australia akan berkisar 1,5 juta jiwa dalam 30 tahun mendatang.

Menurut MnM, kontak pertama Australia dengan umat Islam terjadi di pertengahan 1700-an, saat pelaut-pelaut Makassar tiba di Australia Utara untuk berdagang teripang dengan Suku Aborigin. Kemudian pada 1850-an, datanglah para penunggang unta dari Afganistan yang membuka jalur perdagangan dengan pedalaman Australia. Hingga 1930, jumlah umat Islam hanya sekira 3.000 orang. Peninggalannya berupa masjid tertua di Adelaide pada 1888.

Kebijakan Kulit Putih (White Australia Policy) pada 1901, membuat banyak orang Afganistan meninggalkan Australia. Pada 1960-an terjadi perubahan undang-undang yang membolehkan kedatangan imigran Turki dan Lebanon. Kebijakan tersebut membuat jumlah penduduk Islam di negara tersebut bertambah menjadi 250 ribu orang.

Data sensus 2011 menunjukkan, 37,6 persen umat Islam Australia lahir di negara itu dan 39 persen lainnya lahir di Lebanon, Pakistan, Afganistan, Turki, Bangladesh, Iran, Irak, Indonesia, dan India. Muslim Australia berasal dari 183 negara berbeda, umumnya dari Asia Selatan dan Timur Tengah.

Sumber: Okezone.com
Banner iklan disini