Kondisi Ustadz Ba’asyir di Sel Isolasi Makin Memprihatinkan Pasca Kunjungan Luhut

Kondisi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir di sel isolasi Super Maximum Security (SMS) Lapas Pasir Putih, Nusakambangan semakin memprihatinkan.

Ulama sepuh lintas rezim itu menerima perlakuan tak manusiawi dan melanggar hak paling asasi, yakni hak untuk beribadah.

Menurut putra Ustadz Ba’asyir, Ustadz Abdul Rochim Ba’asyir, ayahandanya mendapatkan perlakuan keji, setelah pemindahan mendadak usai sidang Peninjauan Kembali (PK) dan kunjungan Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan bersama Kepala BNPT, Kapolri, Menkumham yang menggandeng gembong tokoh liberal The Wahid Institute, Yenny Wahid.

“Setelah kunjungan Luhut Pandjaitan (Menkopolhukam) ke LP Pasir Putih di Pulau Nusakambangan, kondisi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir semakin ditekan dan dilecehkan hak-haknya,” kata Ustadz Abdul Rochim Ba’asyir kepada Panjimas.com, Sabtu (2/4/2016).
Setelah kunjungan Luhut Pandjaitan (Menkopolhukam) ke LP Pasir Putih di Pulau Nusakambangan, kondisi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir semakin ditekan dan dilecehkan hak-haknya

Ustadz Abu Bakar Ba’asyir diisolasi di sel berukuran hanya berukuran 3 x 4 meter dikunci selama 24 jam dan tidak dibuka kecuali saat ada yang menjenguk saja.

“Tidak boleh dijenguk siapapun kecuali hanya anak dan istrinya. Bertemu maksimal hanya dua jam. Jika keluarga menjenguk tidak bisa bersalaman, hanya dengan isyarat di balik kaca yang sangat rapat dan tidak bisa bertemu secara langsung, berbicara harus di balik kaca atau menggunakan telpon intercom yang disediakan,” ujarnya.

Karena lokasi berdekatan dengan hutan, jika malam datang banyak nyamuk yang mengerumuni dan tidak boleh menggunakan obat nyamuk dengan alasan bahwa takut jika Ustadz Abu minum racun nyamuk. Maka beliau sering mengeluh tidak bisa istirahat malm karena gigitan-gigitan nyamuk

Selain itu, Ustadz Ba’asyir tak bisa bebas menjalankan ibadah, padahal katanya kebebasan beribadah dijamin konstitusi negara Indonesia, sebagaimana tertuang dalam  UUD 45 pasal 28E ayat 1.

“Tidak diperbolehkan keluar sel untuk sholat jamaah lima waktu maupun shalat jumat,” ungkapnya.

Di sel Ustadz Ba’asyir yang sangat sempit hanya ada selembar karpet dan fasilitas sesederhana mungkin karena banyak barang yang tidak boleh masuk sel lantaran dilarang oleh petugas dari Jakarta.

Tak hanya itu, Ustadz Ba’asyir merasa tak nyaman di sel yang sempit dan penuh nyamuk jika malam tiba.

“Karena lokasi berdekatan dengan hutan, jika malam datang banyak nyamuk yang mengerumuni dan tidak boleh menggunakan obat nyamuk dengan alasan bahwa takut jika Ustadz Abu minum racun nyamuk. Maka beliau sering mengeluh tidak bisa istirahat malm karena gigitan-gigitan nyamuk,” tandasnya. [AW/panjimas.com]


Banner iklan disini