dr. Inong: Akibat Perilaku Menyimpang, Dubur Kaum Homoseks Rusak
“Saya sudah lihat bentuk dubur apa saja, akibat perilaku seks menyimpang kaum homoseksual,” ungkap dr. Inong Dewi Irana Sp, KK dalam Seminar ilmiah “LGBT dalam Perspektif Keilmuan” di Gedung Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) belum lama ini.
Seminar ini diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Kampu Nasional Salam UI bekerjasama dengan Komunitas Penggenggam Hujan, FSI FISIP, Serambi FH, Formasi FIB, dan FSI FK UI.
Sewaktu di Madiun, dr. Inong kerap memberi konseling kepada 500 waria, homoseks dan pelacur binaannya. Faktanya, tak sedikit yang terjangkit penyakit HIV/AIDS.
Itulah sebabnya, dokter jebolan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini protes keras ketika Ahok hendak menyediakan tempat lokalisasi.
“Orang berzina kok disahkan. Bikin aja sekalian lokalisasi penipu, koruptor, dan sejenisnya,” ujar dr. Inong yang pernah bekerja di Aceh dan Papua ini.
Lalu, bisakah pelaku LGBT tidak berhubungan seks?
“Kenyataannya, bohong kalau LGBT tidak berzina atau melakukan hubungan seks. Faktanya, mereka berganti-ganti pasangan. Dari segi psikologi, LGBT itu lebih sadis, mereka takut kehilangan pasangannya,” ujarnya.
Lebih jauh dr. Inong mengatakan, sekarang ini penyakit menular, bukan hanya HIV/ AIDS saja, kanker lever dari hepatitis C dan B pun bisa tertular melalui perzinahan, baik yang heteroseksual maupun dengan sesama jenis.
HIV/ AIDS muncul dari homoseksual sejak tahun 1981. Awalnya dokter mengira penyakit kanker, setelah diobati ternyata tak kunjung sembuh. Kini, semakin banyak LGBT, banyak muncul penyakit baru.
Resiko penularan tertinggi HIV/AIDS disebabkan karena sodomi, vagina, dan oral seks. Banyak yang mengira sariawan, tapi siapa sangka jika lidah akibat oral seks bisa terkena sepilis. Mengerikan, seseorang akan tertular HIV/AIDS dalam 10-15 tahun tanpa diketahui gejalanya.
“Tertularnya melalui darah. Termasuk bekas cukuran jenggot seseorang yang sudah terkena HIV/AIDS,” terangnya.
Di Indonesia sendiri dari waktu ke waktu jumlah pengidap penyakit mematikan ini kian meningkat.
“Di antara mereka yang terkena HIV/AIDS berusia produktif antara 20-49 tahun,” pungkasnya.
Sumber Islampos
Sumber Islampos