Istri Shalehah Senantiasa Qona'ah dan Tak Banyak Menuntut Suaminya

Istri Shalehah Senantiasa Qona'ah dan Tak Banyak Menuntut Suaminya


Istri Shalehah Senantiasa Qona'ah dan Tak Banyak Menuntut Suaminya


Sahabat, banyak istri zaman sekarang yang tidak lagi bisa menerima suami apa adanya, tuntutan tinggi dan terlalu banyak, hingga suami pun merindukan sosok istri yang qonaah (menerima) hasil keringat suami meski sedikit, dan tidak mencelanya.

Rejeki adalah salah satu teka-teki yang tak bisa diterka. Kadang ia datang dengan jalan kemudahan yang tidak disangka-sangka. Kadang juga tidak datang meski usaha telah berdarah-darah.

Semua lelaki terutama suami pasti pernah merasakan getirnya mencari rizki demi mencari sesuap nasi untuk anak dan istri. Seharian di luar rumah, peras keringat-banting tulang demi yang namanya duit. Kadang untung kadang apes.

Saya punya teman seorang supir travel, jika lagi banyak penumpang untung bisa diraih. Namun sebaliknya lebih sering tak dapat penumpang, bukan untung yang didapat justru rugi yang harus ditanggung. Untungnya teman saya percaya dengan konsep rizki yang diberikan Allah SWT. Bahwa tugas kita hanyalah berusaha, Allah tak menilai pada hasilnya.

Lelahnya suami tiada patut lagi ditanyakan. Tentu saja lelah. Kelelahan bagi suami tak berarti apa-apa, apalagi jika mengingat perlakuan Rasul pada Sa’ad yang ketika itu tangannya melepuh. Kulitnya gosong kehitaman.

Rasul bertanya kenapa, Sa’ad menjawab,“Karena aku mengolah tanah dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku”  Rasulullah lalu mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak pernah disentuh api neraka,“ (HR At-Thabahari).

Subhanallah, ternyata tangan pekerja keras yang dilakukan untuk menafkahi keluarga tak akan disentuh oleh api neraka. Maka berbahagialah wahai para suami.  Tapi bagaimana dengan istri yang menunggu di rumah?

“Istriku bilang aku pemalas. Karena aku pulang bawa uang sedikit,”

Begitulah curhat seorang suami. Rasul sangat mencintai lelaki yang bekerja. Tapi kisah indah itu tak akan berarti jika istri di rumah justru sedikit pun tak menghargai. Seharusnya saat suami pulang ke rumah disambut dengan senyuman mesra, disiapkan teh manis, diambil tangannya untuk dicium.

Pastilah, pastilah segala letih yang mendera hilang seketika. Bahagianya menjadi suami. Tapi betapa sakitnya hati suami, saat ia pulang istri langsung menanyakan untung dan rugi. Ketika diceritakan bahwa hari ini tak dapar uang, istri mengeluarkan kata-kata yang tak enak didengar lalu membandingkan suami sendiri dengan suami tetangga. Apakah kebahagiaan itu selalu uang?

Suami meski ia menyimpan berjuta-juta tabungan kesabaran, ketika kemampuannya diusik, ketika pribadinya dibandingkan dengan lelaki lain, pastilah tidak suka. Muncul rasa sakit lalu berfikir untuk mencari rizki dengan jalan yang tidak halal demi menyenangkan istri. Kalau suami sudah mencari rizki dengan jalan yang haram, keberkahan apalagi yang diharapkan?

"Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki-rizki baik yang telah Kami karuniakan kepadamu." Selanjutnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan seorang lelaki yang bersafar jauh, hingga penampilannya menjadi kusut dan lalu  ia menengadahkan kedua tangannya ke langit sambil berkata: 'Ya Rab, Ya Rab,' sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dahulu ia diberi makan dari makanan yang haram, maka mana mungkin permohonannya dikabulkan." (Riwayat Muslim)

Wahai para istri, suamimu sedang berusaha membahagiakanmu, bersabarlah. Jika hari ini ia pulang dengan hanya membawa keletihan, jadilah engkau tempatnya bersandar lalu ucapkanlah,”Bersabalah suamiku, rizki Allah tak akan pernah tertuka.”

Wahai para istri, suamimu sangat ingin membelikanmu baju bagus, perhiasan mahal, rumah yang mewah. Bersabarlah ! Jika ia pulang membawa uang yang hanya cukup untuk makan malam, tetaplah tersenyum. Kelak akan menjadi cerita yang penuh kemesraan. Teruslah dukung perjuangannya, jangan kau patahkan semangatnya.

Wahai para istri, Suamimu merindu sosok istri yang bersifat qona’ah (menerima) yang ketika suami akan keluar rumah istrinya mencium tangan suami lalu berucap, “Wahai suamiku, bertaqwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku kecuali dengan yang thayyib (halal). Jika engkau datang dengan sedikit rezeki, itu lebih kusukai, daripada kau datang dengan rezeki yang banyak tapi akan menjadi kendaraan kita ke neraka.”

Profil Penulis:

Oksa Putra Yuza kini menetap di Palembang. Punya satu istri yang solehah.  Telah menulis banyak buku antologi dan juga memiliki tiga novel remaja. Silahkan untuk ukhuwah lebih lanjut ke FB Oksa Putra Yuza.
Banner iklan disini