Awalnya si Perempuan Hindu dan Laki-laki Kristen, Saat Menikah Jadi Mualaf
Moslemcommunity - Kebanyakan orang memilih menjalin hubungan dengan seseorang yang seagama. Karena agama merupakan hal paling penting dari segalanya.
Karena kebanyakan orang tua juga meminta anak-anaknya untuk bisa menjalin hubungan dengan seseorang yang memang seagama dengannya.
Dan baru-baru ini di media sosial viral kisah pasangan kekasih yang wanitanya beragama Hindu serta sang pria beragama Kristen namun ketika menikah keduanya menjadi mualaf.
Pernikahan itu sendiri terjadi di Kendari. Pasangan kekasih itu bernama Yanuar Rustanti berusia 44 tahun dan Komang Suratmini berusia 32 tahun, yang berasal dari Desa Puudaria Jaya, Kabupaten Konawe.
Keunikan pun terjadi dengan mereka karena hidayah dari Yang Maha Kuasa. Menjelasng pernikahan keduanya memutuskan untuk pindah agama menjadi penganut Islam.
Keduanya menjadi Muslim sebelum menikah secara agama di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Wua-wua, Kota Kendari.
Hidayah tersebut sebenarnya sudah menghampiri Komang sebelum menikahi Yanuar. Selama beberapa tahun, ia berkuliah di Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK) meski beragama Hindu.
Komang mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk anak usia dini, dan diwajibkan memakai hijab.
Aturan tersebut diberlakukan pihak kampus kepada seluruh mahasiswi yang beraktivitas di kampus selama jam perkuliahan.
Kejadian berulang-ulang ini pun membuatnya tertarik dengan agama Islam. Sejak saat itulah, benih-benih kecintaannya terhadap agama mulai tumbuh dan ia mulai belajar banyak mengenai Islam.
Hidayah yang didapat Komang Suratmi juga turut menghampiri sang calon suami Yanuar, hingga ikut mualaf bersama-sama saat menikah.
Pernikahan yang viral di media sosial ini diketahui terjadi pada Selasa, tepat sehari sebelum momen Pemilu serentak 2019 dihelat.
Sekitar beberapa jam sebelum menikah, bersama keluarga keduanya datang ke kantor KUA dan menemui Kepala KUA Wua-wua, Musdar.
Saat itulah, Musdar yang dikenal sering menikahkan pasangan pengantin luar negeri ini langsung memberikan pemahaman kepada keduanya dengan disaksikan oleh keluarga terkait rencana pernikahan keduanya.
Masdar juga mengungkapkan, bahwa tidak ada paksaan terhadap kedua pengantin untuk menjadi mualaf. Sebelum menikah, keduanya pun sudah mengetahui banyak soal agama Islam.
SEBELUM MENIKAH, KOMANG BERHIJAB
Kisah unik dialami Komang Suratmini (32) sebelum menikahi Yanuar. Selama beberapa tahun, dia berkuliah di Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK).
Selama berkuliah, mahasiswa yang mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk anak usia dini, diwajibkan memakai hijab. Aturan ini, diberlakukan pihak kampus kepada seluruh mahasiswi yang beraktivitas di kampus selama perkuliahan.
"Waktu masih agama Hindu, di kampus saya pakai hijab. Di rumah tidak pakai, saya lepas," ujar Komang Suratmini.
Kejadian berulang-ulang ini membuatnya tertarik dengan agama Islam. Sejak saat itulah, benih-benih kecintaannya terhadap agama mulai tumbuh dan mulai belajar banyak mengenai Islam.
"Pas waktu saya mau minta izin kepada keluarga, mereka awalnya menolak. Tapi, Alhamdulillah mereka menerima akhirnya," tambah Suratmini.
Perkenalannya dengan Yanuar menambah kuat niatnya. Sebab, Yanuar yang masih beridentitas Kristen di KTP ternyata sudah lebih dulu memahami banyak seluk-beluk Islam.
"Alhamdulillah ada yang mau mengajar saya. Lebih syukur lagi, keluarga ikhlas pada saya lepas agama," katanya.
Suratmini mengungkapkan, perkenalannya dengan Yanuar dimulai sejak 2018 lalu. Namun, keduanya membina hubungan serius sejak Januari 2019, tiga bulan menjelang pernikahan.
"Saya dikenalkan teman kantor. Di situ saya mulai berteman kemudian kami putuskan membina rumah tangga," katanya.
CURHAT DI MEDSOS KEPADA KEPALA KUA
Sebelum menikah, ternyata Suratmini kerap mengirimkan pesan kepada Kepala KUA Wua-wua, Musdar, melalui media sosial. Suratmini sering meminta petunjuk kepada Musdar soal pernikahan beda agama yang akan dijalani dengan suaminya.
"Dia sering curhat. Kita kasih petunjuk, berdasarkan diskusi dengan orang kantor KUA. Alhamdulillah mereka setuju," ujar Musdar.
Sebelum menikah, Musdar mengatakan mempelai wanita dilepas dengan upacara di kampungnya. Upacara pelepasan ini dihadiri sejumlah tokoh agama dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
"Nantinya, setelah itu mereka tak perlu pakai mahar banyak karena sudah melalui proses upacara yang dihadiri seluruh keluarga," ujarnya.
Musdar mengungkapkan, jumlah warga yang hendak menikah di KUA Wua-wua menjelang Ramadan selalu membludak setiap tahun. Rata-rata, bulan lain hanya mencapai 10-15 pasangan.
"Jelang Ramadan, malah sampai 25 pasang pengantin. Malah, untuk bulan ini hingga 3 hari sebelum Ramadan masih ada yang akan mengucapkan ijab kabul," ujar Musdar.
Dia menjelaskan, bulan Syakban menjadi target para calon pengantin karena diyakini menjadi waktu yang suci untuk menggelar pernikahan. Sehingga, hampir di setiap KUA di Kota Kendari rata-rata menerima surat usulan pernikahan yang meningkat dari bulan-bulan sebelumnya.
https://www.liputan6.com/regional/read/3949287/unik-pernikahan-tiga-agama-di-kendari