Tarif Listrik Naik: Sama Dengan Pemerintah Setrum Rakyatnya Sendiri
Pada November ini rencana pemerintah untuk mencabut subsidi listrik bagi
23 juta pelanggan PLN dengan daya 450-900 VA dianggap tidak tepat dan
bisa berdampak buruk bagi perekonomian masyarakat ditingkat bawah (Tribunjogja.com 8/11/1015).
Anggota DPD RI Abdul Aziz Khafia mengatakan, pada praktiknya isu pencabutan subsidi listrik bagi kalangan yang tergolong mampu, membuat masyarakat galau (sindonews.com 5/11/2015).
Liberalisasi sektor listrik menjadikan rakyat Indonesia semakin sakit. Seharusnya ketika rakyat sakit pemerintah memberikan obat agar rakyat bisa sembuh. Namun yang terjadi rakyat menambah penyakit sehingga wajar rakyat Indonesia tak kunjung sembuh karena pemerintah memberikan penyakit terus menerus yang pada akhirnya rakyat menderita bukan sejahtera. Isu pencabutan subsidi listrik di Indonesia membuat rakyat dilema karena tidak pastinya keputusan pemerintah. Jika isu tersebut tidak pasti dan tarif dasar listrik pada realitanya tetap naik, bagi orang dengan penghasilan ekonomi tinggi hal ini dianggap biasa karena mereka memiliki penghasilan yang berlimpah dibanding orang dengan penghasilan pas-pasan. Orang dengan penghasilan pas-pasan akan menambah usaha mereka untuk disesuaikan dengan kebutuhannya. Jika saat ini kebutuhan primer mereka mengalami goncangan maka mereka pun harus menghentikan goncangan itu dengan berusaha lebih untuk bisa bertahan hidup. Bagaimana dengan rakyat berpenghasilan rendah? Tentu rakyat pada golongan ini berbeda dengan golongan sebelumnya. Penghasilan rendah dengan kebutuhan yang harus dipenuhi menjadikan rakyat pada golongan ini menyesuaikan kebutuhan mereka dengan penghasilan yang rendah. Namun ketika mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka dengan baik karena tingginya biaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka rakyat pada golongan ini akan berupaya lebih keras lagi agar kebutuhannya bisa terpenuhi.
Jika tarif dasar listrik naik, hal ini tidak sebanding dengan kondisi ekonomi rakyat Indonesia yang tidak stabil. Banyaknya rakyat Indonesia yang hidup melarat, lapangan pekerjaan yang semakin sempit, pengangguran yang semakin bertambah, pendidikan yang mahal dan lain-lain. Belum lagi cengkraman perusahaan-perusahaan asing yang bercokol di Indonesia, penerapan MEA, banyaknya buruh asing yang dibebaskan untuk bekerja di Indonesia dan masih banyak hal yang bersumber dari liberalisasi ekonomi. Ketidak seimbangan ini menyebabkan kondisi rakyat semakin sakit.
Ketika rakyat Indonesia semakin sakit akibat liberalisasi yang terus menggerus mereka untuk bekerja lebih, hal ini sangatlah tidak wajar jika dalam suatu negara hak rakyat untuk mendapatkan pelayanan terbaik dari negara tidak dijalankan. Kesejahteraan rakyat yang tidak terealisasi menjadi suatu hal yang patut untuk dituntut. Rakyat dijadikan sapi perahan bagi mereka yang berkuasa. Rakyat secara tidak langsung dipaksa menderita. Bagaimana bisa sejahtera jika rakyat dipaksa menderita?
Jika pemerintah saat ini menyemangati rakyat dengan tagline Ayo kerja!,, mana bisa rakyat bekerja jika lapangan pekerjaan sulit? mana bisa rakyat bekerja jika pemerintah hanya peduli pada buruh pekerja asing? dan mana bisa rakyat bekerja jika perusahaan-perusahaan asing terus dibiarkan menggerus kekayaan alam yang sejatinya milik rakyat?
Penyebab dari semua ini tidak lain adalah penerapan ekonomi yang kapitalistik. Penerapan ekonomi kapitalis menjadikan liberalisasi ekonomi kian menggurita hampir seluruh sektor dibiarkan begitu saja tanpa suatu pengaturan yang jelas dan mampu mensejahterakan rakyat. Liberalisasi sektor riil maupun non riil menjadi bukti riil penerapan Ekonomi kapitalistik. Penerapan ekonomi kapitalis sejatinya tidak mampu mensejahterakan rakyat. Penerapan ekonomi kapitalis ini hanya mampu mensejahterakan segelintir orang yang memiliki kepentingan untuk berkuasa dan untuk .semakin mengokohkan penguasaannya atas rakyat.
Penerapan ekonomi kapitalis yang menjadi penyakit bagi rakyat Indonesia harus diobati dengan segera, karena jika dibiarkan terus menerus maka rakyat akan bertambah penyakitnya. Obat yang paling mujarab tidak lain adalah penerapan ekonomi Islam yang mampu mensejahterakan. Ekonomi Islam yang bersumber dari pemilik alam semesta beserta isinya adalah ekonomi dengan pengaturannya yang terbukti mampu mensejahterakan rakyat. Hal ini terbukti ketika Islam menjadi mercusuar peradaban. Sejarah mencatat bahwa tidak ada satupun rakyat miskin pada masa pemerintahan Umar bin Abdu Aziz. Saking sejahteranya rakyat pada masa pemerintahan Islam saat itu, ketika para amil hendak membagikan zakat kepada mustahiq zakat, tidak ada satupun fakir maupun miskin pada waktu itu. Tidak hanya itu, ekonomi Islam pada masa pemerintahan Islam mampu berimbas dalm menciptakan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan gratis dengan akses fasilitas yang memadai menjadikan para pelajar berlomba-lomba menajdi seorang ‘alim (orang yang berilmu). Wajar saja banyak ilmuan muslim pada waktu itu yang mumpuni di bidang sains dan memberikan sumbangsih yang begitu besar untuk peradaban saat ini. Tidak hanya sektor pendidikan yang memperoleh dampak dari penerapan ekonomi Islam, dalam sektor kesehatan telah ada rumah sakit dengan fasilitas yang memadai mampu membuat rakyat pada masa itu tidak kesulitan mendapatkan akses kesehatan karena biaya rumah sakit ditanggung oleh negara.
Kesejahteraan bisa diraih dengan menerapkan sistem Islam dimuka bumi ini. Penerapan ekonomi Islam merupakan obat bagi rakyat yang sedang sakit akibat penyakit ekonomi kapitalis. Sudah saatnya kita mengembalikan kejayaan Islam dimuka bumi ini dan menerapkan aturan-aturan dari sang pencipta termasuk penerapan ekonomi Islam yang mampu mensejahterakan. Penderitaan rakyat akan segera berakhir dengan penerapan aturan Islam, dan penerapan peraturan Islam akan segera terlaksana dengan upaya perjuangan dalam mendirikan khilafah Isamiyah yang telah rasulullah kabarkan.
Oleh: Nurhayati
Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN sunan kalijaga Yogyakarta
Anggota DPD RI Abdul Aziz Khafia mengatakan, pada praktiknya isu pencabutan subsidi listrik bagi kalangan yang tergolong mampu, membuat masyarakat galau (sindonews.com 5/11/2015).
Liberalisasi sektor listrik menjadikan rakyat Indonesia semakin sakit. Seharusnya ketika rakyat sakit pemerintah memberikan obat agar rakyat bisa sembuh. Namun yang terjadi rakyat menambah penyakit sehingga wajar rakyat Indonesia tak kunjung sembuh karena pemerintah memberikan penyakit terus menerus yang pada akhirnya rakyat menderita bukan sejahtera. Isu pencabutan subsidi listrik di Indonesia membuat rakyat dilema karena tidak pastinya keputusan pemerintah. Jika isu tersebut tidak pasti dan tarif dasar listrik pada realitanya tetap naik, bagi orang dengan penghasilan ekonomi tinggi hal ini dianggap biasa karena mereka memiliki penghasilan yang berlimpah dibanding orang dengan penghasilan pas-pasan. Orang dengan penghasilan pas-pasan akan menambah usaha mereka untuk disesuaikan dengan kebutuhannya. Jika saat ini kebutuhan primer mereka mengalami goncangan maka mereka pun harus menghentikan goncangan itu dengan berusaha lebih untuk bisa bertahan hidup. Bagaimana dengan rakyat berpenghasilan rendah? Tentu rakyat pada golongan ini berbeda dengan golongan sebelumnya. Penghasilan rendah dengan kebutuhan yang harus dipenuhi menjadikan rakyat pada golongan ini menyesuaikan kebutuhan mereka dengan penghasilan yang rendah. Namun ketika mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka dengan baik karena tingginya biaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka rakyat pada golongan ini akan berupaya lebih keras lagi agar kebutuhannya bisa terpenuhi.
Jika tarif dasar listrik naik, hal ini tidak sebanding dengan kondisi ekonomi rakyat Indonesia yang tidak stabil. Banyaknya rakyat Indonesia yang hidup melarat, lapangan pekerjaan yang semakin sempit, pengangguran yang semakin bertambah, pendidikan yang mahal dan lain-lain. Belum lagi cengkraman perusahaan-perusahaan asing yang bercokol di Indonesia, penerapan MEA, banyaknya buruh asing yang dibebaskan untuk bekerja di Indonesia dan masih banyak hal yang bersumber dari liberalisasi ekonomi. Ketidak seimbangan ini menyebabkan kondisi rakyat semakin sakit.
Ketika rakyat Indonesia semakin sakit akibat liberalisasi yang terus menggerus mereka untuk bekerja lebih, hal ini sangatlah tidak wajar jika dalam suatu negara hak rakyat untuk mendapatkan pelayanan terbaik dari negara tidak dijalankan. Kesejahteraan rakyat yang tidak terealisasi menjadi suatu hal yang patut untuk dituntut. Rakyat dijadikan sapi perahan bagi mereka yang berkuasa. Rakyat secara tidak langsung dipaksa menderita. Bagaimana bisa sejahtera jika rakyat dipaksa menderita?
Jika pemerintah saat ini menyemangati rakyat dengan tagline Ayo kerja!,, mana bisa rakyat bekerja jika lapangan pekerjaan sulit? mana bisa rakyat bekerja jika pemerintah hanya peduli pada buruh pekerja asing? dan mana bisa rakyat bekerja jika perusahaan-perusahaan asing terus dibiarkan menggerus kekayaan alam yang sejatinya milik rakyat?
Penyebab dari semua ini tidak lain adalah penerapan ekonomi yang kapitalistik. Penerapan ekonomi kapitalis menjadikan liberalisasi ekonomi kian menggurita hampir seluruh sektor dibiarkan begitu saja tanpa suatu pengaturan yang jelas dan mampu mensejahterakan rakyat. Liberalisasi sektor riil maupun non riil menjadi bukti riil penerapan Ekonomi kapitalistik. Penerapan ekonomi kapitalis sejatinya tidak mampu mensejahterakan rakyat. Penerapan ekonomi kapitalis ini hanya mampu mensejahterakan segelintir orang yang memiliki kepentingan untuk berkuasa dan untuk .semakin mengokohkan penguasaannya atas rakyat.
Penerapan ekonomi kapitalis yang menjadi penyakit bagi rakyat Indonesia harus diobati dengan segera, karena jika dibiarkan terus menerus maka rakyat akan bertambah penyakitnya. Obat yang paling mujarab tidak lain adalah penerapan ekonomi Islam yang mampu mensejahterakan. Ekonomi Islam yang bersumber dari pemilik alam semesta beserta isinya adalah ekonomi dengan pengaturannya yang terbukti mampu mensejahterakan rakyat. Hal ini terbukti ketika Islam menjadi mercusuar peradaban. Sejarah mencatat bahwa tidak ada satupun rakyat miskin pada masa pemerintahan Umar bin Abdu Aziz. Saking sejahteranya rakyat pada masa pemerintahan Islam saat itu, ketika para amil hendak membagikan zakat kepada mustahiq zakat, tidak ada satupun fakir maupun miskin pada waktu itu. Tidak hanya itu, ekonomi Islam pada masa pemerintahan Islam mampu berimbas dalm menciptakan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan gratis dengan akses fasilitas yang memadai menjadikan para pelajar berlomba-lomba menajdi seorang ‘alim (orang yang berilmu). Wajar saja banyak ilmuan muslim pada waktu itu yang mumpuni di bidang sains dan memberikan sumbangsih yang begitu besar untuk peradaban saat ini. Tidak hanya sektor pendidikan yang memperoleh dampak dari penerapan ekonomi Islam, dalam sektor kesehatan telah ada rumah sakit dengan fasilitas yang memadai mampu membuat rakyat pada masa itu tidak kesulitan mendapatkan akses kesehatan karena biaya rumah sakit ditanggung oleh negara.
Kesejahteraan bisa diraih dengan menerapkan sistem Islam dimuka bumi ini. Penerapan ekonomi Islam merupakan obat bagi rakyat yang sedang sakit akibat penyakit ekonomi kapitalis. Sudah saatnya kita mengembalikan kejayaan Islam dimuka bumi ini dan menerapkan aturan-aturan dari sang pencipta termasuk penerapan ekonomi Islam yang mampu mensejahterakan. Penderitaan rakyat akan segera berakhir dengan penerapan aturan Islam, dan penerapan peraturan Islam akan segera terlaksana dengan upaya perjuangan dalam mendirikan khilafah Isamiyah yang telah rasulullah kabarkan.
Oleh: Nurhayati
Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN sunan kalijaga Yogyakarta
Silakan Copy Artikel yang ada di sini, tapi cantumkan sumbernya http://tolongshare.beritaislamterbaru.org