Hati-Hati Bercanda dengan Gambar Meme yang Mengandung Dusta Menyebabkan Dosa!!

Contoh meme yang disebarkan di medsos
Contoh meme yang disebarkan di medsos

Memerhatikan penyebaran gambar meme yang semakin marak menampilkan gambar orang lain dengan kata-kata yang diedit, dibuat oleh pihak lainnya dengan maksud bercanda, semisal gambar empat perempuan muda belia yang sepertinya sedang aksi damai yang memegang sebuah tulisan, lalu diedit "menyerukan poligami".

Kedustaannya dilihat dari perkataan yang dituliskan oleh pihak pengedit foto lalu dinisbatkan kepada orang yang ada di dalam foto tersebut. Padahal orang yang ada di dalam foto tersebut tidak menuturkan tulisan perkataan tersebut.

Ana jadi teringat dengan pembahasan penting ini, silahkan diteliti lebih lanjut:

Bercanda, Tapi Tidak Berdusta:

Jika kita telusuri hadits-hadits Rasulullah -shallallâhu 'alayhi wa sallam-, kita akan menemukan bahwa beliau -shallallâhu 'alayhi wa sallam- terkadang menyampaikan pelajaran dengan sedikit candaan namun tidak mengandung apapun kecuali kebenaran, tidak ada kedustaan di dalamnya. Hal itu misalnya tergambar dalam dialog antara Rasulullah -shallallâhu 'alayhi wa sallam- dengan seseorang yang sudah tua yang bertanya mengenai surga, seperti disebutkan al-Mubarakfuri (w. 1353 H) dalam Tuhfatu al-Ahwadzi, bahwa tidak ada orang tua yang masuk surga (لَا تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَجُوزٌ), dengan maksud bahwa semua orang yang masuk surga akan kembali muda belia. Candaan yang benar, sebagaimana riwayat dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: ”Para sahabat berkata: ”Wahai Rasulullah -shallallâhu 'alayhi wa sallam-, sesungguhnya engkau mencandai kami” Rasulullah -shallallâhu 'alayhi wa sallam- bersabda:

إِنِّي لَا أَقُولُ إِلَّا حَقًّا
”Sesungguhnya aku tidak akan berkata-kata kecuali kebenaran.” (HR. Al-Tirmidzi dan Ahmad)[1]

Menurut Imam al-Mubarakfuri, makna haqq[an] dalam hadits di atas yakni ’adl[an] (adil, tidak mengandung kezhaliman) dan shidq[an] (benar, jujur atau tidak mengandung kedustaan).[2]

Catatan Kaki:
[1] Hadits hasan; Abu al-‘Alla Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim al-Mubarakfuri, Tuhfatu al-Ahwadzi bi Syarh Jâmi’ al-Tirmidzi, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, juz. VI, hlm. 108.
[2] Ibid.

Sumber: Ustadz Irfan Abu Naveed Group Telegram Forum Kajian Tsaqofah

Banner iklan disini