Ijazah Bukanlah Penentu Kesuksesan, Drop Out, Nikah Muda, Ngontrak Di Dekat Kuburan, Kini 20 Juta dalam 3 Jam
Bermula dari obrolan santai dengan seorang mentor bisnis, saya disarankan untuk merujuk ke sebuah nama. Setelah mengetik kata kunci pencarian, saya langsung menemukan sosok yang dimaksud, lengkap dengan grup yang beliau asuh terkait bisnis dan marketing online.
Kini, meski belum pernah bertemu langsung, saya benar-benar berkesempatan belajar bersama laki-laki tambun dengan kaca mata yang setia menemani kesehariannya. Beliau membuka kelas bisnis, dan saya mendaftar sebagai salah satu peserta gelombang pertama.
Ini adalah atas karunia Allah Ta’ala. Alhamdulillah.
Setelah melakukan pembayaran, saya berhak mendapatkan kiriman video bisnis yang langsung disampaikan oleh laki-laki berjenggot tipis ini. Dari enam video pertama, saya mengunduhnya agar bisa ditonton secafa offline. Sebab ingin mendapatkan pemahaman secara menyeluruh, saya memulai memutar dan mendengarkan dengan khusyuk video pertama.
Ada banyak hal baru yang saya dapatkan. Tentu tidak akan saya bagikan semua.
Dalam tulisan kali ini, saya ingin membagikan satu fragmen menarik yang telah dijalani oleh sosok yang kerap disapa dengan panggilan ‘kang’, khas orang Sunda.
Laki-laki ini tidak lulus kuliah. Drop out dari Institut Teknologi Bandung. Sebabnya, beliau masuk ke jurusan Teknik Pertambangan karena tuntutan lingkungan. Sebagian besar keluarganya merupakan pekerja di bidang pertambangan, sehingga ia ‘tertuntut’ oleh keluarga untuk menjadi karyawan di perusahaan serupa.
Malangnya, semakin berupaya justru semakin jauh dari keinginan. Ia mengalami kejenuhan akut, bahkan sang dosen wali berlepas diri darinya.
Dia pun benar-benar memilih drop out. Sebuah keputusan yang benar-benar konyol, tapi diambil dengan penuh pertanggungjawaban.
Tak lama setelah itu, ia berkunjung ke salah satu guru kehidupannya. Tak disangka, sang guru berkata dengan kelakar yang tegas, “Jika hidupmu mulai kacau, menikah saja.”
Dan benar, beliau mengambil keputusan menikah di usia yang terbilang muda. Dua puluh satu tahun.
Awal-awal menikah itu pula beliau mulai menyusun visi hidup dan berupaya sungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Meski hanya lulusan SMA dan hanya bisa menggunakan ijazah itu, beliau nekat memilih jalur konsultan bisnis.
Berkeliling dari satu usaha skala kecil-menengah, beliau menjajakan jasanya. Bengkel bubut, toko roti, dan usaha-usaha rumahan lainnya. Ia mendatangi tempat usaha tersebut dengan kepercayaan diri yang tinggi untuk menjual kemampuannya.
“Awal menikah,” tuturnya dalam video sekolah bisnis yang saya ikuti,
Berkeliling dari satu usaha skala kecil-menengah, beliau menjajakan jasanya. Bengkel bubut, toko roti, dan usaha-usaha rumahan lainnya. Ia mendatangi tempat usaha tersebut dengan kepercayaan diri yang tinggi untuk menjual kemampuannya.
“Awal menikah,” tuturnya dalam video sekolah bisnis yang saya ikuti, “saya mengontrak di samping kuburan. Empat pekan setelah menikah, istri saya hamil anak pertama. Kondisi ekonomi ketika itu sukar, tapi saya tidak mau menyerah.”
Ia memulai menjadi konsultan sejak usia dua puluh tiga tahun. Dalam masa yang panjang itu, beliau senantiasa menambah pengetahuannya. “Kalau kita gak kuliah, lihat saja di youtube. Jangan pernah berhenti belajar.” ujarnya penuh semangat.
Dalam masa pencarian dan penjajakan itu, beliau memutuskan untuk bergabung dengan satu perusahaan yang paling enak diajak kerja sama. Di perusahaan itu, dia ‘memasrahkan diri’ untuk belajar sungguh-sungguh.
Qadarullah, beliau berhasil meramu ilmu yang didapat dari pemilik perusahaan hingga dikompilasikan menjadi sebuah buku. Kini, beliau merupakan jajaran tinggi di perusahaan yang bergerak di bidang busana Muslim dan masuk dalam satu di antara perusahaan terbesar bidang itu di negeri ini.
“Dari satu jam (mendapatkan) 500 ribu saat menjadi konsultan, sampai sekarang sudah pernah ada perusahaan yang memberikan 20 juta rupiah saat saya berbicara hanya dalam waktu 3 jam.” tuturnya bernada semangat.
Di antara kalimat-kalimat manjur yang beliau sampaikan kepada para peserta adalah motivasi agar masing-masing kita bisa menaikkan value diri. Jika value bagus, kita akan mendapatkan revenue besar yang akan berakibat langsung ke dalam pemasukan dan kehidupan secara umum.
“Kita hari ini adalah harga kita masa lalu. Kerja kita hari ini adalah harga kita untuk masa depan.”
Itulah di antara nasihat laki-laki yang tak asing bagi sebagian kita, para pelaku usaha di negeri ini. Ialah Kang Rendy Saputra sang CEO Keke Busana. Beliau juga menjadi konsultan di Trusmi Grup Cirebon.
Beliau telah membuktikan bahwa ijazah bukanlah penentu kesuksesan. Beliau juga membuktikan bahwa nikah muda bukanlah penghalang, tapi sebuah katalisator untuk menggapai kesuksesan dunia dan akhirat jika dijalani dengan ilmu, iman, dan taqwa.
Wallahu a’lam.
Penulis: Pirman
Sumber Kisahhikmah.com: http://kisahikmah.com/kang-rendy-saputra/