Astaghfirullah... Brimob Bersenjata Jaga Festival Makanan Babi di Semarang
Pelaksanaan Festival Kuliner Imlek 2017 yang menyajikan aneka olahan daging babi di Kota Semarang, Jawa Tengah, dijaga ketat aparat kepolisian bersenjata lengkap. Penjagaan dilakukan menyusul adanya protes dari ormas Islam.
Protes dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya oleh Forum Umat Islam Semarang. Mereka mengklaim acara Pork Festival atau Festival Makan Babi akan meresahkan umat muslim. Dalam audiensi dengan panitia di Markas Polrestabes Semarang, disepakati bahwa nama acara Pork Festival menjadi Festival Imlek 2017.
Dari pantauan VIVA co.id, lokasi festival yang berada di area parkir Mal Sri Ratu Semarang tampak ramai. Ratusan pengunjung telah memadati 35 stand dengan tenda warna Orange yang dipasang berjajar dengan begitu rapi. Para pengunjung didominasi warga keturunan Tionghoa serta warga non muslim yang memanfaatkan acara itu untuk menu makan siang.
Sementara di sejumlah titik lokasi, sejumlah anggota Brigadir Mobil (Brimob) dari Kepolisian Resort Kota Besar Semarang telah disiagakan sejak pagi. Mereka dilengkapi dengan sejumlah peralatan senjata lengkap untuk menjaga situasi berlangsung kondusif.
Menurut Ketua Panitia Firdaus Adinegoro, pengamanan Brimob bersenjata lengkap merupakan inisiatif kepolisian, sebagai bentuk pengamanan agar acara itu berlangsung aman dan nyaman. Meski demikian, dia mengaku tak terganggu dan justru terbantu.
“Masalah pengamanan, pengunjung justru merasa senang, bahkan mereka memanfaatkan itu untuk berfoto selfie bersama,” kata Firdaus di lokasi acara, Selasa, 24 Januari 2017.
Acara Festival Imlek digelar selama satu minggu pada 23-27 Januari 2017. Sejak dibuka perdana pada Senin, 23 Januari 2017, acara ini mendapatkan antusias dari warga. Tercatat, acara yang dibuka pukul 10.00 WIB hinga 21.00 WIB itu dikunjungi sekitar 3000 pengunjung.
“Ramainya pas makan siang dan makan malam,” ujarnya.
Firdaus menyatakan bahwa masih adanya gambar-gambar makanan babi di acara karena memang panitia tak sempat menggantinya. Sebab, protes ormas itu dilakukan mepet dengan hari pelaksanan.
“Masalah nama enggak sempat kita ganti. Tapi tulisan Pork Festival sudah kita copot semua. Ada 30 stand olahan babi dan 10 stand untuk nonbabi 10 stand. Semua olahan khas Semarang,” kata dia. [panjimas.co/dakwahmedia.id]