Tak Tahan Disiksa, Akhirnya AM Fatwa Sempat Minta Suaka Amerika

Tak Tahan Disiksa, Akhirnya AM Fatwa Sempat Minta Suaka Amerika
Ilustrasi: Luthfy Syahban/detikcom

Moslemcommunity.net - Selama menjalani pemeriksaan oleh aparat intelijen sebelum masuk penjara, Andi Mappetahang (AM) Fatwa mengalami penyiksaan luar biasa. Pada satu titik, mentalnya benar-benar down tak sempat terlintas untuk meminta suaka ke negara lain. Pikiran untuk meminta suaka itu juga terucap dari temannya sesama tahanan politik, Abdul Qadir Djaelani dan Ir HM Sanusi.

Dua seniornya di 'Petisi 50', mantan Menteri Pertambangan Slamet Bratanata dan mantan Pangdam Siliwangi HR Dharsono, menyokong ide tersebut. Mungkin karena keduanya tak tega melihat penderitaan mereka.

"Bagi saya, pikiran minta suaka ini timbul ketika berkali-kali mengalami penyiksaan intel sebelum dipenjara," tulis AM Fatwa dalam buku 'Dari Cipinang ke Senayan' terbitan Institute for Transformation Studies, 2003.

Pengacara YLBH Todung Mulya Lubis, dia melanjutkan, telah mencoba membicarakan kemungkinan tersebut dengan pihak kedutaan besar suatu negara di Jakarta. Pada masa itu pemerintah AS, melalui Duta Besar John H Holdrige, mempunyai perhatian khusus kepada HR Dharsono dan AM Fatwa yang masuk daftar korban pelanggaran HAM dalam laporan Departemen Luar Negeri AS, 1986.

Pada 1989, Duta Besar AS John Monjo menugasi Sekretaris I Bidang Politik, Julian Lebourgeois, mengunjungi keluarga Fatwa di Jalan Kramat Pulo Gundul, Jakarta Pusat. Ketika Wapres AS Dan Quayle berkunjung ke Indonesia, April 1989, istri AM Fatwa mengiriminya surat.

Putri AM Fatwa, Dian Islamiyati, membenarkan bahwa beberapa orang dari Kedutaan Besar AS di Jakarta bertandang ke rumahnya. Dian yang tengah kuliah di Bandung pulang untuk menemui mereka.

"Apakah kedatangan mereka ingin fact finding, tetapi yang jelas mereka ingin silaturahmi. Mereka santun dan bahasa Indonesia-nya bagus sekali," kata Dian kepada detikcom, Jumat (15/12/2017).

Baca juga: https://news.detik.com/berita/d-3771609/am-fatwamak-comblang-yang-membuat-insaf-teroris

Tapi soal permintaan suaka itu kemudian tak berlanjut. Menurut Fatwa, mantan Gubernur DKI Ali Sadikin, yang pernah menjadi atasannya, tak setuju dengan rencana tersebut. Begitu juga tokoh Masyumi Anwar Harjono yang dikaguminya.

"Alasannya, kalau saya hidup di negeri orang sebagai pelarian politik, akan sulit kembali ke Tanah Air. Kedua tokoh itu mencontohkan mantan Dubes untuk Kuba, AM Hanafi," tulis AM Fatwa.

Hanafi yang meninggal dunia di Paris, dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak pada 11 Maret 2004. (detik.com)

[http://news.moslemcommunity.net]
Banner iklan disini