Kisah Sedih di Malam Minggu


SEDIH mendera kalbu. Bocah belasan tahun merias diri sekian waktu. Mematut wajah agar secantik para ratu. Pipi berbedak tebal sedang bibir memerah gincu. Saat ditanya untuk apa melakukan itu. Dijawabnya, “Mau pacaran di malam Minggu.”

Apakah sudah hilang rasa malu. Seragam juga masih putih-biru tetapi kelakukan sedemikian dungu. Bergaul sedemikian bebas hingga bercumbu. Giliran diminta belajar malah menggerutu. Seperti inikah generasi masa depan yang ditunggu. Rusak segala tingkah laku. Pikiran zina telah membelenggu. Diperbudak Iblis karena hawa nafsu.

Jangan belagu yang membikin hati ngilu. Usia muda harusnya fokus menuntut ilmu. Biar dikata lugu terpenting cita-cita tiada terganggu. Ingatlah segala petuah guru. Kelak saat dewasa jodoh akan menghampirimu. Terpenting jaga kesucian jiwa-raga hingga membatu. Kokoh niat berguna bagi nusa bangsa dan agamamu.

Saat ini anggap lawan jenis serupa kawanan hantu. Terutama yang membius cinta laksana candu. Katakan pada mereka, “Ngapain ngajak pacaran aku. Uang jajanmu masih minta sama ortu. Ngerjain PR nyontek melulu. Baca Al-Qur’an masih terasa gagu. Apalagi kalau diajak ke penghulu, ngompol di celana sudahlah tentu.”

Bila tak cukup ampuh mengusir cowok centil yang menggodamu. Segera angkatlah gagang sapu. Pasang wajah sadis agar dia ambil langkah seribu. Emang patut memberi pelajaran pada orang seperti itu. Kalau dibiarkan akan merajalela sepanjang waktu. Singsingkan lengan baju. Segala pembodohan diri oleh pacaran harus dimusnahkan hingga mewujud debu. Semoga Allah Ta’ala menguatkanmu. []

Arief Siddiq Razaan, 02 April 2016


Banner iklan disini