Ketika Handphone Sudah Menjadi Candu
Kecanggihan teknologi kini rasanya bukan lagi mempererat persaudaraan tapi malah cenderung menjadikan jurang pemisah. Betapa tidak, dengan adanya teknologi misalnya saja handphone, pentingnya silaturahim secara fisik menjadi hal yang terabaikan.
Sebuah petikan khutbah Jumat di Masjidil Haram dari Imam Asy-Syaikh Su’ud asy-Syuraim ini hendaklah menjadi pengingat sekaligus tamparan bagi kita dimana beliau berkata:
“Adakah dari kita yang tidak melihat perubahan dalam kehidupannya setelah masuknya WhatsApp, Facebook, Instagram dan yang lainnya dalam kehidupannya ?”
Hal ini merupakan “Ghazwul fikri” yang menyerang akal. Namun sangat disayangkan kita telah tunduk padanya dan kita telah jauh dari dien Islam yang lurus dan dari dzikir kepada Allah.
Kenapa hati kita mengeras?
Itu karena seringnya kita melihat cuplikan video yang menakutkan, dan juga kejadian-kejadian yang di-share..
Hati kita kini mempunyai kebiasaan yang tak lagi takut pada sesuatu pun. Oleh karena itulah, hati kita menjadi mengeras bagai batu.
Kenapa kita terpecah belah dan kita putus tali kekerabatan ?
Karena kini silaturrahmi kita hanya via WhatsApp saja, seakan kita bertemu mereka setiap hari.
Padahal bukan begitu tata cara bersilaturrahim dalam agama Islam. Kita perlu datang secara fisik, mengucap salam, bersalaman, membawa oleh-oleh, saling ingat mengingat kan, nasihat menasihati, saling doa mendoakan, dll.
Kenapa kita sangat sering mengghibah (ngrumpi), padahal kita tidak sedang duduk dengan seorang pun?
Itu karena saat kita mendapatkan satu message yang berisi ghibah terhadap seseorang atau suatu kelompok, dengan cepat kita sebar ke grup-grup yang kita punya.
Dengan begitu cepatnya kita mengghibah, sedang kita tidak sadar berapa banyak dosa yang kita dapatkan dari hal itu.
Sangat disayangkan, kita telah menjadi pecandu.
Kita makan, handphone ada di tangan kiri kita.
Kita duduk bersama teman-teman, HP ada di genggaman.
Berbicara dengan ayah dan ibu yang wajib kita hormati, akan tetapi handphone ada di tangan pula.
Sedang mengemudi kendaraan, HP juga di tangan.
Sampai-sampai anak-anak kita pun telah kehilangan kasih sayang dari kita, karena kita telah berpaling dari mereka dan lebih mementingkan handphone.
“Aku tidak ingin mendengar seseorang yang memberi pembelaan pada teknologi ini. Karena sekarang, jika sesaat saja HP kita tertinggal, betapa kita merasa sangat kehilangan…
Ah, andai perasaan seperti itu ada juga pada shalat dan tilawatul (pembacaan) Quran kita…”
Adakah dari kita yang mengingkari hal ini? Dan siapa yang tidak mendapatkan perubahan negatif dalam kehidupannya, setelah masuknya teknologi ini pada kehidupannya dan setelah menjadi pecandu?
Demi Allah,
Siapakah yang akan menjadi teman kita nanti di kubur?
Apakah HP ?
Mari kita sama-sama kembali kepada Allah, jangan sampai ada hal-hal yang menyibukkan kita dari dien (agama) kita. Karenanya kita tidak tahu, berapa lamakah sisa umur kita”.
ALLAH berfirman:
“Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit”.
(QS.Thoha: 124)
Semoga handphone yang kita miliki adalah wasilah untuk kebaikan dan bukan wasilah dalam keburukan…
Sumber: muslimahzone.com