Veteran 45 Di Rawajati Yang Kena Gusur : Dulu Berjuang Buat Rakyat Tapi Yang Makmur Pejabat, Dulu Pejabat Bapak Rakyat Sekarang Bapak Laknat !
Petugas Satpol PP DKI Jakarta menggusur pemukiman yang berada di lahan hijau milik Pemprov DKI, di Rawajati, Jakarta Selatan. Salah satu rumah yang digusur dihuni oleh seorang veteran bernama H Ilyaskarim (88).
Nama warga RT 09 RW 04 Jl Rawajati Barat ini sempat ramai diperbincangkan masyarakat pada 2011 silam setelah dia mengaku sebagai salah satu pengibar bendera pusaka pada 17 Agustus 1945.
"Saya dulu pejuang Siliwangi. Kemana-mana ikut perang. Kongo, Vietnam, Rengasdengklok, saya ikut. Pengibar bendera di rumah Soekarno tahun 45," katanya ketika ditemui di Musala Al Yaqin, Rawajati, seusai penggusuran, Kamis (1/9).
Pria ini mengaku telah tinggal di Rawajati bersama istrinya selama 35 tahun. Dia pindah ke kawasan pinggir rel kereta ini setelah rumahnya di Lapangan Banteng digusur pada tahun 1983.
Seperti kebanyakan warga lain, Ilyaskarim membantah bahwa rumahnya merupakan bangunan liar.
"Rumah pakai PBB, KTP, KK sudah 11 tahun bayar PBB. Kalau pakai PBB kan bukan rumah liar berarti," lanjutnya.
Bapak 14 anak ini juga menyatakan tidak mau pindah ke Rumah Susun (Rusun) Marunda yang telah disediakan oleh Pemprov DKI. Alasannya, tidak ada uang ganti rugi yang diberikan setelah penggusuran.
"Bayar dengan apa? Rumah susun itu kan bayar juga. Enak saja disuruh ambil rumah susun. Kalau ini dibayar, baru bisa bayar rumah susun," lanjutnya.
Pada tahun 2011 sempat diberitakan bahwa Ilyaskarim mendapatkan hadiah satu unit apartemen dari pengembang Kalibata City, apartemen yang bersebelahan dengan kawasan rumahnya. Namun ternyata satu unit apartemen tersebut bukan merupakan pemberian.
Dia mengaku hanya menumpang sementara di sana selama tiga bulan berhubung rumahnya di Rawajati sedang dibangun usai kebakaran. Setelah rampung, dia kembali menempati rumah yang sekarang telah digusur tersebut.
"Selaku pejuang saya kecewa. Dulu saya berjuang untuk rakyat, sekarang yang makmur pejabat. Dulu pejabat bapak rakyat, sekarang bapak laknat," tandasnya.
Kakek dari 30 cucu ini menyatakan belum tahu akan tidur di mana nanti malam. Saat ini dia hanya bisa beristirahat di Musala Al Yaqin, musala yang dibangunnya di Rawajati bertahun-tahun silam. Musala tersebut merupakan satu-satunya bangunan yang belum digusur oleh Satpol PP pagi ini atas permintaan para pengurus.
"Terserah anak-anak saya," jawabnya ketika ditanya akan tinggal di mana ke depannya.