Lantang! Aktivis Tionghoa Zeng Wei Jian : Ahok beri Label pada Mereka yang Bela Warga sebagai "Pelestari Kemiskinan"
CINTA AHOK
by Zeng Wei Jian
Ada penjual nasi uduk pinggir Jl. Bukit Duri. Rumahnya digusur Ahok. Dia bilang, di daerah itu ngga ada yang pro ahok. Cuma ada pendukung AHY dan Anies. Yang bikin saya miris, dia bilang, "biar si ahok cepet mati aja!"
Bukan sekali dua kali, saya dengar sumpah serapah rakyat ditujukan kepada Ahok. Terlalu sering malahan. Ahok is the most hated figure in history.
Pemimpin baik identik dengan prinsip "cinta": dicintai dan mencintai rakyatnya.
Cinta adalah mystical experience. Dalam perspektif psikologi, cinta diakui sebagai perilaku yang sehat. Cinta disinyalir menjadi bagian integral dari proses evolusi spesies manusia. Semua nabi bilang cinta adalah anugerah dari Tuhan. God is Love.
Cinta membahagiakan. Karena itulah, Victor Hugo berkata, "The greatest happiness of life is the conviction that we are loved; loved for ourselves, or rather, loved in spite of ourselves."
Kota tanpa cinta adalah kota mati. Full of dead zombies. Gersang. Dingin. Sekeras beton bertulang. Puing-puing Kampung Aquarium, Bukit Duri, Kalijodoh dan tangisan warganya menjadi potret buram tentang ketiadaan cinta dalam sebuah kota. Suara mereka tak terdengar. Tapi bisa dirasa nurani dan diketahui oleh logika.
Saya curiga Ahok mengidap alexithymia (a condition that impairs their ability to express and interpret emotion.)
Ahok tidak pernah mengekspresikan cintanya kepada rakyat. Saat orang lain iba melihat warga menangis, diseret dan rumah-rumah mereka digusur, Ahok malah menuding mereka sebagai pengintai turap. Ahok memberi label kepada mereka yang membela warga sebagai "pelestari kemiskinan".
Saya jadi heran, apa Ahok punya kriteria masuk kategori seorang pemimpin atau tidak. Sepertinya tidak.
THE END
Sumber :