'Anies Dalam Cengkaraman Sisa Sisa Kekuatan Lama'.. Ketua Rekan Indonesia: DKI Era Ahok Mirip Saat Belanda Berkuasa
Diskusi publik bertajuk "Anies Dalam Cengkaraman Sisa Sisa Kekuatan Lama" yang diselenggarakan di Bilangan, Jakarta Selatan, Senin (20/8/2018)
Moslemcommunity.net - Pasca terpilihnya Anies Baswesdan sebagai Gubernur DKI menggantikan rezim Basuki T Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat meninggalkan tantangan bagi mantan Mendikbud tersebut.
Era Ahok-Djarot, aparatur pemerintah DKI dibuat secara sistematis untuk tunduk dan loyalitas penuh terhadap mereka tanpa ada kesempatan menawar apalagi berdiskusi perihal pengangkatan penjabat, rotasi, mutasi. Sistem yang dibentuk Ahok adalah menciptakan kondisi 'tuan dan majikan' dalam pemerintahan.
Demikian diungkapkan Ketua Nasional Bidang Hubungan Masyarakat Relawan Kesehatan Indonesia (Rekan Indonesia) Jamdani dalam diskusi publik bertajuk 'Anies Dalam Cengkaraman Sisa Sisa Kekuatan Lama' yang diselenggarakan di Bilangan, Jakarta Selatan, Senin (20/8/2018).
Dalam paparannya Jamdani menyebutkan, sistem ini melahirkan tuan-tuan penjabat, yang nuraninya mati demi menjalankan tugas dari majikannya .
"Jujur cara ini sangat mirip saat Belanda berkuasa, dimana priyayi pribumi diangkat menjadi penguasa lokal, pemungut pajak yang kejam terhadap rakyat yang dipimpinnya yang notabene berkulit sawo matang sama dengannya," ujarnya.
“Sistem pemerintahan yang dibuat berdasarkan ketakutan melahirkan pemerintahan terror, pemerintahan yang berjalan semaunya, menabrak peraturan yang ada, dimana prinsip 'Hukum adalah Aku', menjadi acuan jalannya pemerintahan DKI Jakarta saat itu," imbuhnya.
Lebih lanjut, Jamdani menambahkan, sistem yang anomali ini melahirkan 'kasta' baru dilingkungan penjabat pemprov DKI, dimana ketundukkan dan loyalitas buta, menciptakan sejumlah 'Loyalis Ahok' ditubuh pemerintahan DKI, dan mereka akan menjadi tantangan berat bagi Anies dalam menjalankan roda pemerintahan.
"Kejadian baru-baru ini terkait penggantian penjabat DKI adalah contoh kecil hebatnya para 'LOYALIS AHOK' ini berkerja, mereka yang selama ini diuntungkan oleh sistem terror ahok, merasa terganggu dengan perubahan pendekatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Gubernur Anies dengan menyerang kebijakan Anies. Atau minimal menumpulkan segala keputusan yang dibuat oleh Anies, sehingga terlihat lemah, ragu ragu dalam menjalankan pemerintahan," paparnya.
“Bukti betapa kuat dan menguritanya loyalis Ahok ini bisa dilihat di dinas kesehatan misalnya. Kadis yang sudah dicopot masih besar pengaruhnya, masih bisa memberikan instruksi baik strategis maupun telhnis kepada Plt kadis, dirut dan kepala puskesmas jelas ini berbahaya bagi Anies dimana jajaran dinas kesehatan masih tunduk pada mantan kadis dan masih menjalankan instruksi mantan kadis dan bukti bahwa Anies dikepung dan bukan tidak mungkin tersandera oleh sisa sisa kekuatan lama” tambahnya.
Padahal, tutur Jamdani, kondite mantan kadis selama ini adalah kondite terburuk sepanjang sejarah dinas kesehatan DKI. Mantan kadis yang ditunjuk oleh Ahok itu adalah pejabat yang paling tidak pernah peduli dengan keluhan warga di rumah sakit.
"Banyak kejadian yang tidak pernah diungkap ke publik betapa warga DKI banyak yang meregang nyawanya ketika mendapat kesulitan di RS dan mantan kadis tersebut sangat susah dihubungi warga untuk sekedar mengadu permasalahannya. Kadis jaman Ahok lebih mementingkan pencitraan dirinya ketimbang melayani warga.” tegas Jamdani.
Sementara itu, menurut Sekretaris Jenderal Gerakan Muda Nusantara (Sekjen Gema Nusantra) Asep Firdaus menyebutkan, dalam paparannya bahwa di dalam benak para loyalis Ahok ini terbayang di mata mereka akan adanya aksi balas dendam oleh orang-orang yang selama ini mereka zalimi, aniaya dan singkirkan, sebagaimana tindakan yang dilakukan terhadap mereka sebelumnya.
“Pikiran kotor ini meracuni hati mereka sehingga saat inipun mereka berpikir keras bagaimana mereka bisa tetap berkuasa dengan mempertahankan orang-orang mereka dalam posisi kunci pemerintahan Anies, bisa dikata siapapun Gubernur yang akan terpilih namun mereka yang secara de facto menguasai dan menjalankan roda pemerintahan DKI Jakarta” ujar Asep Firdaus.
Dijelaskan pula oleh Asep Firdaus bahwa niat Jelek ini harus segera ditangani oleh Anies. Anies tidak boleh lagi menjadi korban rencana jahat yang mereka buat, Jakarta harus terbebas oleh terror, Pemerintah DKI Harus diisi oleh Para Penjabat yang memiliki nurani dalam melayani rakyat, bukan yang hanya pandai mencari muka kepada majikannya.
"Karena tipe pendekatan Anies bukan lah Tuan Majikan, beliau tidak menciptakan segelintir penguasa yang hanya tunduk pada dirinya namun berpaling dari masukkan warganya," tukasnya. (Teropong Senayan)
[http://news.moslemcommunity.net]
Moslemcommunity.net - Pasca terpilihnya Anies Baswesdan sebagai Gubernur DKI menggantikan rezim Basuki T Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat meninggalkan tantangan bagi mantan Mendikbud tersebut.
Era Ahok-Djarot, aparatur pemerintah DKI dibuat secara sistematis untuk tunduk dan loyalitas penuh terhadap mereka tanpa ada kesempatan menawar apalagi berdiskusi perihal pengangkatan penjabat, rotasi, mutasi. Sistem yang dibentuk Ahok adalah menciptakan kondisi 'tuan dan majikan' dalam pemerintahan.
Demikian diungkapkan Ketua Nasional Bidang Hubungan Masyarakat Relawan Kesehatan Indonesia (Rekan Indonesia) Jamdani dalam diskusi publik bertajuk 'Anies Dalam Cengkaraman Sisa Sisa Kekuatan Lama' yang diselenggarakan di Bilangan, Jakarta Selatan, Senin (20/8/2018).
Dalam paparannya Jamdani menyebutkan, sistem ini melahirkan tuan-tuan penjabat, yang nuraninya mati demi menjalankan tugas dari majikannya .
"Jujur cara ini sangat mirip saat Belanda berkuasa, dimana priyayi pribumi diangkat menjadi penguasa lokal, pemungut pajak yang kejam terhadap rakyat yang dipimpinnya yang notabene berkulit sawo matang sama dengannya," ujarnya.
“Sistem pemerintahan yang dibuat berdasarkan ketakutan melahirkan pemerintahan terror, pemerintahan yang berjalan semaunya, menabrak peraturan yang ada, dimana prinsip 'Hukum adalah Aku', menjadi acuan jalannya pemerintahan DKI Jakarta saat itu," imbuhnya.
Lebih lanjut, Jamdani menambahkan, sistem yang anomali ini melahirkan 'kasta' baru dilingkungan penjabat pemprov DKI, dimana ketundukkan dan loyalitas buta, menciptakan sejumlah 'Loyalis Ahok' ditubuh pemerintahan DKI, dan mereka akan menjadi tantangan berat bagi Anies dalam menjalankan roda pemerintahan.
"Kejadian baru-baru ini terkait penggantian penjabat DKI adalah contoh kecil hebatnya para 'LOYALIS AHOK' ini berkerja, mereka yang selama ini diuntungkan oleh sistem terror ahok, merasa terganggu dengan perubahan pendekatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Gubernur Anies dengan menyerang kebijakan Anies. Atau minimal menumpulkan segala keputusan yang dibuat oleh Anies, sehingga terlihat lemah, ragu ragu dalam menjalankan pemerintahan," paparnya.
“Bukti betapa kuat dan menguritanya loyalis Ahok ini bisa dilihat di dinas kesehatan misalnya. Kadis yang sudah dicopot masih besar pengaruhnya, masih bisa memberikan instruksi baik strategis maupun telhnis kepada Plt kadis, dirut dan kepala puskesmas jelas ini berbahaya bagi Anies dimana jajaran dinas kesehatan masih tunduk pada mantan kadis dan masih menjalankan instruksi mantan kadis dan bukti bahwa Anies dikepung dan bukan tidak mungkin tersandera oleh sisa sisa kekuatan lama” tambahnya.
Padahal, tutur Jamdani, kondite mantan kadis selama ini adalah kondite terburuk sepanjang sejarah dinas kesehatan DKI. Mantan kadis yang ditunjuk oleh Ahok itu adalah pejabat yang paling tidak pernah peduli dengan keluhan warga di rumah sakit.
"Banyak kejadian yang tidak pernah diungkap ke publik betapa warga DKI banyak yang meregang nyawanya ketika mendapat kesulitan di RS dan mantan kadis tersebut sangat susah dihubungi warga untuk sekedar mengadu permasalahannya. Kadis jaman Ahok lebih mementingkan pencitraan dirinya ketimbang melayani warga.” tegas Jamdani.
Sementara itu, menurut Sekretaris Jenderal Gerakan Muda Nusantara (Sekjen Gema Nusantra) Asep Firdaus menyebutkan, dalam paparannya bahwa di dalam benak para loyalis Ahok ini terbayang di mata mereka akan adanya aksi balas dendam oleh orang-orang yang selama ini mereka zalimi, aniaya dan singkirkan, sebagaimana tindakan yang dilakukan terhadap mereka sebelumnya.
“Pikiran kotor ini meracuni hati mereka sehingga saat inipun mereka berpikir keras bagaimana mereka bisa tetap berkuasa dengan mempertahankan orang-orang mereka dalam posisi kunci pemerintahan Anies, bisa dikata siapapun Gubernur yang akan terpilih namun mereka yang secara de facto menguasai dan menjalankan roda pemerintahan DKI Jakarta” ujar Asep Firdaus.
Dijelaskan pula oleh Asep Firdaus bahwa niat Jelek ini harus segera ditangani oleh Anies. Anies tidak boleh lagi menjadi korban rencana jahat yang mereka buat, Jakarta harus terbebas oleh terror, Pemerintah DKI Harus diisi oleh Para Penjabat yang memiliki nurani dalam melayani rakyat, bukan yang hanya pandai mencari muka kepada majikannya.
"Karena tipe pendekatan Anies bukan lah Tuan Majikan, beliau tidak menciptakan segelintir penguasa yang hanya tunduk pada dirinya namun berpaling dari masukkan warganya," tukasnya. (Teropong Senayan)
[http://news.moslemcommunity.net]