Tak Menghargai Umat Mayoritas!! Festival Kuliner Daging Babi Digelar Secara Terbuka di Mall Semarang


Sebuah festival makanan yang mengkhususkan menyajikan olahan dari daging babi digelar di Sri Ratu Mall, Semarang.

Penyelenggaraan festival masakan daging babi atau Pork Festival tersebut sempat mengundang kontroversi. Alasannya, festival yang digelar mulai 4-8 Februari itu dianggap tidak menghargai agama lain yang mengharamkan daging babi.

“Kenapa kami dilarang? Toh sudah jelas-jelas kami memasang logo dan tulisan daging babi di spanduknya. Jadi yang dilarang silahkan menjauh dan yang dihalalkan mari merapat. Jadi enggak ada yang menyalahi aturan. Toh izin penyelenggaraan dari kepolisian juga sudah kami kantongi,” ujar Ketua Panitia Pork Festival, Firdaus Adi Nugroho, seperti dikutip Semarangpos.com, di sela-sela festival kuliner itu, Kamis (4/2/2016).

Adi yakin festival kuliner daging babinya itu bakal diterima oleh masyarakat Semarang. Terlebih lagi selama ini masyarakat Kota Lunpia itu dikenal memiliki toleransi yang tinggi.

“Selama ini yang saya tahu masyarakat Semarang toleransi beragamanya cukup tinggi. Antara keyakinan satu agama dengan agama lain tak pernah saling bersinggungan. Jadi saya yakin event ini akan berjalan sukses dan kami pun berencana akan menggelarnya secara rutin tiap tahun,” imbuh Daus.

Daus mengaku alasannya menggelar festival kuliner daging babi karena bertepatan dengan perayaan Tahun Baru Imlek yang dirasakan oleh warga keturunan Tionghoa. Sementara, selama ini konsumsi daging babi di Indonesia lebih banyak dari warga Tionghoa.

“Perkiraan saya ada sekitar 150.000 warga Tionghoa yang bermukim di Semarang dan mayoritas mengonsumsi daging babi. Jadi saya rasa festival ini akan mengakomodasi selera mereka,” terang Daus.

Dia juga menjelaskan dalam festival itu ada sekitar 30-an masakan olahan dari daging babi yang disajikan oleh belasan pelaku kuliner. Masakan itu rata-rata jarang ditemukan di restoran-restoran resmi dan lebih banyak ditemukan di warung-warung kaki lima.

“Masakan seperti babi gongso, babi tim sayur asin dan kaki babi asam asin itu jarang ditemukan. Bahkan kadang bisa dinikmati setelah memesan lebih dulu atau made by order pesanan,” imbuh Daus. [panjimas.com]


Banner iklan disini