Berpulangnya Pak Kiai Ali Ya’qub

Oleh: Sri Nurhidayah, Ibu Dua Orang Anak, Tinggal di Bogor

TAHUN lalu, sore setelah ashar, tanpa sengaja saya temukan buku karya Prof. Dr. KH. Ali Musthafa Yaqub (selanjutnya saya singkat K.H. Ali M.Yaqub) yang berjudul Hadis-hadis Bermasalah.
Oleh: Sri Nurhidayah, Ibu Dua Orang Anak, Tinggal di Bogor

TAHUN lalu, sore setelah ashar, tanpa sengaja saya temukan buku karya Prof. Dr. KH. Ali Musthafa Yaqub (selanjutnya saya singkat K.H. Ali M.Yaqub) yang berjudul Hadis-hadis Bermasalah. Buku setebal 204 halaman ini menjelaskan secara sistematis dengan bahasa yang mudah dicerna mengenai 33 hadis-hadis yang bermasalah.

Setiap hadis selalu diawali cerita pengantar; bisa pertanyaan seseorang setelah mendengar ceramah agama namun tidak sempat bertanya kepada penceramahnya, jawaban asal muasal hadis dari seorang penceramah, fakta keseharian, atau bahkan saat Prof. Ali mendengarkan ceramah seseorang.

Saat membaca buku ini, kesan penulisnya sangat berilmu, santun, dan mudah diakses masyarakat, sangatlah terasa. Kita bisa juga tersenyum-senyum sendiri dengan humor K.H. Ali M. Yaqub. Saat membaca bab 27 tentang jumlah rakaat shalat tarawih, pasti pembaca akan tertawa membaca bagaimana beliau menjawab pertanyaan ibu-ibu dalam pelatihan muballighat pada bulan Ramadhan itu. Strategi seorang pendidik yang tidak menggurui terasa betul di buku itu.

Kamis pagi, 28 April 2016, melalui sosial media tersebar berita bahwa K.H. Ali M.Yaqub berpulang ke Rahmatullah. Tulisan beliau 10 tahun lalu di majalah Gatra edisi 10 yang terbit pada Januari 2006, “Haji Pengabdi Setan”, kembali beredar luas di media sosial. Seperti tulisan-tulisan beliau ajakan untuk memilih ibadah sosial yang manfaatnya dirasakan pelaku dan orang lain terasa begitu kental. Tulisan tegas dan berani dari seorang ulama, yang mungkin tidak akan kita temui lagi di media-media saat ini.

Di hari yang sama, jelang petang ketika membaca perlahan sejumlah cuitan beliau di @AliMustafaYaqub, ajakan-ajakan untuk menekankan terhadap akhlak mulia begitu terasa. Tidak banyak cuitan beliau, hanya ada 174 cuitan. Twitter ini mulai 10 Juli 2013, dan berisi berbagai nasihat terkait masalah kekinian umat. Mulai dari perayaan Maulid, dai-dai yang pasang tarif, juga masalah NIIS-Khawarij-terorisme yang ramai diperbincangkan. ISIS, kata beliau dalam salah satu cuitannya, adalah Ikatan Sekelompok Iblis Sesat. Beliau juga berpesan, “Beramar Maruf nahi munkar jangan menimbulkan kemunkaran yang baru.”

Twitter K.H. Ali M.Yaqub diikuti 5500-an orang, jumlah yang perlahan bertambah justru setelah beliau wafat. Jika di profil twitter @AliMustafaYaqub ditwitkan oleh admin, ini menjadi kesempatan bagi admin untuk meringkas kembali buah pikiran beliau yang tersebar di banyak buku-buku karya beliau. Kamis 28 April 2016, saat beliau berpulang, media sosial ramai menceritakan riwayat hidup, buku-buku dan tulisan-tulisan yang pernah beliau tulis.

Seperti biasa, kita terlambat menyadari bahwa kita memiliki seorang ulama besar. Hari ini kita mendapatkan musibah dengan meninggalnya seorang ulama. Namun warisan ilmu-ilmu beliau dalam berbagai bukunya dapat terus dihidupkan, dan media sosial sangat memungkinkan itu.

Pertanyaannya adalah adakah yang mau melakukan ibadah sosial ini?


Banner iklan disini