Gelombang Investor Cina Membuat Marah Rakyat Madagaskar
Tambang emas itu belum juga dibuka. Namun rakyat Madagaskar telah disulut kemarahan.
Selama beberapa bulan warga di Soamahamina, Madagaskar tengah resah dengan kehadiran perusahaan tambang emas Cina, Jiuxing.
Setiap Kamis, warga turun ke jalanan di pusat kota untuk menentang Jiuxing yang kini telah memegang izin penambangan selama 40 tahun di atas 7.500 hektar lahan.
Bagi para pengunjuk rasa, operasi tambang akan berisiko untuk lahan pertanian mereka. Ini yang menjadi salah satu poin kebencian atas kehadiran gelombang baru investor Cina di pulau Samudera Hindia itu.
Tidak hanya di Soamahamanina, namun di banyak wilayah di Madagaskar, warga menyatakan keresahannya akan kehadiran investor Cina.
Sentimen anti-Cina pun menyeruak. Barang-barang Cina menyerbu masuk ke pasaran. "Madagaskar milik Madagaskan (sebutan untuk warga Madagaskar), bukan milik Cina atau negara lain," ujar Fenohasina, murid lokal kepadal AFP seperti dilansir Channel News Asia, kemarin.
"40 tahun beroperasi, ini sama saja menjual negara ini," kata Marise Edine, seorang pedagang kaki lima.
Banyak petani yang sebelumnya menjual tanah mengaku kecewa. Mereka dituduh berkhianat karena menjual negeri ini. "Rekan-rekan kami marah dengan kita karena kita dituduh menjual negara ini," ujar seorang petani Perlina Razafiarisosa.
Namun menurut Chrysostome Rakotondrazafy, mandor di pertambangan Jiuxing, orang-orang di luar yang mendorong warga di sini untuk tidak menyukai Cina. Ia pun menduga semua ini bermotif politik.
Dengan lebih bari 800 perusahaan di Pulau tersebut, Cina telah menegaskan diri mereka sebagai partner perdagangan terbesar. Di negara yang 90 persen warganya hidup di bawah garis kemiskinan, kehadiran investor Cina telah membawa angin segar untuk pembangunan infrastruktur.
Namun seperti halnya di kontinen negara Afrika lain, kehadiran investor Cina telah memicu ketegangan. Pada 2011, polisi meningkatkan pengamanan di Chinatown di ibu kota Antananarivo setelah trader Asia memukuli dua pegawai Madagaskan.
Tiga tahun kemudin, bentrokan menyebabkan enam orang tewas di perusahaan gula di kota sebelah barat Morondava.
Salah seorang warga Madagaskan di Soamahamanina menegaskan penolakannya terhadap warga Cina.
"Saya ingin mengatakan kepada Anda bahwa negara kuat di dunia ini hanya akan membuat kita bertarung satu sama lain dan menghancurkan negara ini," ujarnya.
Pemerintah Cina menyadari gelombang ketidaksukaan ini. Duta Besar Cina Yang Xiaorong berjanji untuk meningkatkan kerja sama dengan model 'win win cooperation". Dengan begitu kedua negara akan saling diuntungkan.
"Perusahaan Cina sangat terintegrasi dengan komunitas lokal," ujar kedutaan. Sebanyak 90 persen pegawai juga mengutamakan penduduk lokal.
Perusahaan emas Cina di Soamahamaninan belum bisa beroperasi. Perusahaan untuk sementara menarik diri sampai ada kesepakatan baru. "Kami berharap akan kembali di bawah ketentuann baru dan memperbaiki kesalahan yang sudah terjadi," ujar juru bicara pertambangan, Stella Andriamamonjy.
republika